VIVAnews - Harga minyak mentah di bursa New York terus menurun selama lima hari berturut-turut. Situasi itu menandakan kekhawatiran para investor dan pengamat bahwa harga minyak saat ini tampak tidak lagi realistis dengan tingkat permintaan minyak di Amerika Serikat, yang masih rendah. Sepertinya informasi baru ditemukan tentang sesuatu setiap hari. Topik dan kata kunci% dari% tidak terkecuali. Jauhkan membaca lebih segar untuk mendapatkan berita tentang world.
Laman harian The Wall Street Journal mengungkapkan bahwa berdasarkan transaksi Selasa sore waktu New York (Rabu dini hari WIB), harga minyak light sweet untuk kontrak Mei turun 29 sen menjadi US$84,05/barel - terendah sejak 31 Maret 2010. Dalam lima hari terakhir, harga minyak di bursa New York sudah turun US$2,79 (3,2 persen). Badan Energi Internasional (IEA) - lembaga konsultan energi berpengaruh bagi 28 negara, termasuk (AS) - dalam laporan bulannya menilai bahwa harga minyak, yang sudah di atas US$80/barel, bisa menghalangi pemulihan ekonomi.
IEA juga memperkirakan bahwa tahun ini tingkat permintaan minyak bisa naik hingga 1,7 juta barel/hari, ketimbang tahun lalu yang hanya 1,3 juta barel per hari.
Kepada laman CNNMoney, pengamat dari The Schork Group, Stephen Schork, menilai bahwa tarik-menarik antara spekulasi permintaan dengan fundamenal persediaan akan terus berlanjut dalam waktu dekat saat para pelaku pasar masih menunggu tanda-tanda membaiknya permintaan minyak. Itulah sebabnya para investor kini menanti laporan mingguan dari Departemen Energi AS atas persediaan minyak mentah, yang akan diumumkan Rabu waktu Washington. Dalam sepuluh pekan terakhir, stok minyak mentah di AS terus meningkat. ¢ VIVAnews
Laman harian The Wall Street Journal mengungkapkan bahwa berdasarkan transaksi Selasa sore waktu New York (Rabu dini hari WIB), harga minyak light sweet untuk kontrak Mei turun 29 sen menjadi US$84,05/barel - terendah sejak 31 Maret 2010. Dalam lima hari terakhir, harga minyak di bursa New York sudah turun US$2,79 (3,2 persen). Badan Energi Internasional (IEA) - lembaga konsultan energi berpengaruh bagi 28 negara, termasuk (AS) - dalam laporan bulannya menilai bahwa harga minyak, yang sudah di atas US$80/barel, bisa menghalangi pemulihan ekonomi.
IEA juga memperkirakan bahwa tahun ini tingkat permintaan minyak bisa naik hingga 1,7 juta barel/hari, ketimbang tahun lalu yang hanya 1,3 juta barel per hari.
Kepada laman CNNMoney, pengamat dari The Schork Group, Stephen Schork, menilai bahwa tarik-menarik antara spekulasi permintaan dengan fundamenal persediaan akan terus berlanjut dalam waktu dekat saat para pelaku pasar masih menunggu tanda-tanda membaiknya permintaan minyak. Itulah sebabnya para investor kini menanti laporan mingguan dari Departemen Energi AS atas persediaan minyak mentah, yang akan diumumkan Rabu waktu Washington. Dalam sepuluh pekan terakhir, stok minyak mentah di AS terus meningkat. ¢ VIVAnews
No comments:
Post a Comment