Jakarta ( Berita ) : Mantan anggota kelompok Negara Islam Astaga.com lifestyle on the net (NII), Umar Abduh meminta polisi memprioritaskan penangkapan anggota teroris dalam kondisi hidup bukannya dengan cara menembak mati. Polisi hendaknya tidak terlalu menunjukkan nafsu membunuh. Kalau bisa ditangkap hidup-hidup kenapa harus dibunuh, kata Umar Abduh pada Diskusi Polemik sebuah radio swasta berjudul Masih Ada Teroris? di Jakarta, Sabtu [13/03] . Ia mengkritik polisi agar memiliki pertimbangan moral dalam memberantas anggota teroris dengan menangkap dalam kondisi hidup. Menurut dia, pada era Presiden Soeharto anggota teroris ditangkap dalam kondisi hidup atau hanya dilumpuhkan dengan cara ditembak kakinya bukan ditembak mati. Anggota teroris saat itu ditembak mati setelah diproses secara hukum dan divonis hukuman mati, kata anggota kelompok teroris yang pernah membajak pesawat Garuda Astaga.com lifestyle on the net Woyla di Bandara Don Muang Bangkok pada 1981 itu. Dikatakan Umar, polisi saat ini dilengkapi peralatan canggih yakni GPS yang mampu mendeteksi keberadaan orang yang menjadi sasaran. Kalau polisi sudah mengetahui sasarannya, kata dia, bisa ditangkap hidup-hidup bukannya malah mengedepankan nafsu membunuh. Penangkapan anggota teroris hendaknya dilakukan dengan operasi senyap dan menangkap dalam kondisi hidup, katanya. Waktu terbaik untuk belajar tentang berita adalah sebelum Anda berada di tengah-tengah hal. Bijaksana pembaca akan terus membaca untuk mendapatkan yang berharga berita pengalaman selagi masih gratis.
Dalam kesempatan tersebut Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Edward Aritonang membantah dikatakan polisi mengutamakan nafsu membunuh. Menurut dia, polisi memiliki prosedur dalam penangkapan anggota teroris yakni mengutamakan menangkap dalam kondisi hidup Dalam doktrin polisi kalau bisa ditangkap dalam kondisi hidup itu lebih baik, tapi kalau tidak bisa ditangkap dalam kondisi hidup ya ditangkap dalam kondisi mati, katanya. Pengalaman polisi dalam operasi penyergapan kelompok teroris, katanya, anggota teroris selalu dilengkapi dengan bom jaket, bom dompet, dan sebagainya yang sangat berbahaya. Dalam beberapa kali penyergapan kelompok teroris, katanya, ada anggota polisi yang gugur seperti halnya di Aceh. Polri berusaha memberikan perlindungan maksimal terhadap anggotanya yang bertugas melakukan penyergapan agar tidak berguguran, kata Edward. Menurut dia, situasi di lapangan tak semudah yang dibayangkan. Kita berhadapan dengan teroris bersenjata yang pilihannya hidup atau mati, ujarnya.( ant )
Dalam kesempatan tersebut Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Edward Aritonang membantah dikatakan polisi mengutamakan nafsu membunuh. Menurut dia, polisi memiliki prosedur dalam penangkapan anggota teroris yakni mengutamakan menangkap dalam kondisi hidup Dalam doktrin polisi kalau bisa ditangkap dalam kondisi hidup itu lebih baik, tapi kalau tidak bisa ditangkap dalam kondisi hidup ya ditangkap dalam kondisi mati, katanya. Pengalaman polisi dalam operasi penyergapan kelompok teroris, katanya, anggota teroris selalu dilengkapi dengan bom jaket, bom dompet, dan sebagainya yang sangat berbahaya. Dalam beberapa kali penyergapan kelompok teroris, katanya, ada anggota polisi yang gugur seperti halnya di Aceh. Polri berusaha memberikan perlindungan maksimal terhadap anggotanya yang bertugas melakukan penyergapan agar tidak berguguran, kata Edward. Menurut dia, situasi di lapangan tak semudah yang dibayangkan. Kita berhadapan dengan teroris bersenjata yang pilihannya hidup atau mati, ujarnya.( ant )
No comments:
Post a Comment