Ankara ( Berita ) : Pemerintah Indonesia dan Turki siap meningkatkan hubungan kedua negara antara lain dengan akan ditandatanganinya delapan nota kesepahaman .
Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam acara briefing delegasi di Hotel Sheraton, Ankara, Turki, Senin malam waktu setempat atau Selasa [29/06] dinihari waktu Indonesia. Sejumlah kesepakatan kerja sama itu antara lain di bidang penyiaran televisi, bidang kerja sama industri pertahanan dan sejumlah bidang lainnya. Kedelapan dokumen terdiri atas lima mou, dua kesepakatan dan satu program, kata Menlu. Marty menjelaskan kepada Presiden bahwa saat ini peran Turki di kawasan maupun secara internasional semakin menonjol. Selain itu , Turki memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Indonesia dalam memandang sejumlah permasalahan internasional. Konjen Sementara itu ,Duta Besar RI untuk Turki Awang Bahrin mengatakan sejak awal Turki dan Indonesia sudah mempunyai sejarah yang panjang. Selain itu dibandingkan negara di kawasan Asia lainnya, maka Turki merasa memiliki kedekatan dengan Indonesia. Indonesia dan Turki sama-sama merupakan negara yang dipandang dalam Oganisasi Negara-Negara Islam(OKI, red) , katanya. Karena itu, Awang meminta Presiden agar mempertimbangkan berdirinya konsulat jenderal di Istambul mengingat saat ini belum ada, sementara perwakilan RI di Turki hanya di Ankara. Di Istambul cukup banyak kegiatan termasuk kunjungan, sehingga perlu kiranya saat ini dipertimbangkan adanya konsulat jenderal di sana, katanya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono beserta rombongan tiba di Bandara Udara Esenboga Turki Senin sekitar pukul 15.30 waktu setempat atau pukul 19.30 WIB. Turut serta dalam rombongan Presiden antara lain Menlu Marty Natalegawa, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Mendag Mari Elka Pangestu,Menperin MS Hidayat, Menakertrans Muhaimin Iskandar, Mensesneg Sudi Silalahi dan Seskab Dipo Alam. Tampak juga Kepala BKPM Gita Wirjayawan. Sementara itu di Ankara, turut bergabung Menhan Poernomo Yusgiantoro dan Menpora Andi Mallarangeng. Pada Selasa (29/6) Presiden direncanakan bertemu dengan Presiden Turki Abdullah Gul dan PM Turki Recep Tayyip Erdogan. Usai pertemuan tersebut, Kepala Negara dijadwalkan menyampaikan pidato di Parlemen Turki.
Sampaikan Pandangan Di Depan Parlemen Turki Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menyampaikan pandangan Indonesia mengenai sejumlah hal khususnya peluang kerja sama di depan Parlemen Turki pada Selasa (29/6) sore waktu Ankara atau Selasa malam waktu Jakarta. Hal tersebut disampaikan Presiden Yudhoyono dalam briefing kepada rombongan resmi di Ankara, Senin (28/6) malam. Untuk materi pidato di depan Parlemen Turki, stukturnya secara sederhana ada dua bagian, yang pertama mengenai apa yang bisa kita tingkatkan bersama dalam kerja sama bilateral di bidang ekonomi, agama, pendidikan dan kebudayaan serta politik internasional, kata Presiden. Kepala Negara mengatakan, kejelasan mengenai apa yang akan disampaikan tentang peluang kerja sama saling menguntungkan kedua negara tersebut diharapkan mampu ditangkap langsung oleh anggota parlemen Turki. Hal kedua yang akan disampaikan adalah mengenai peran dalam berbagai lingkaran politik internasional sehingga menguntungkan kedua negara dan membantu menyelesaikan berbagai masalah. Antara lain, sebagai sesama anggota OKI, bisa lakukan banyak hal untuk kepentingan komunitas Islam. Juga memberikan kontribusi terhadap proses damai menuju kemerdekaan Palestina, katanya. Hal lain yang bisa dilakukan adalah bersama-sama membangun tatanan perekonomian baru, upaya bersama menghadapi perubahan iklim dan pembicaraan harmoni di antara peradaban yang ada. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan akan memberi pidato di depan parlemen Turki selama lebih kurang 30 menit. Substansi pidato Presiden, menurut staf khusus bidang luar negeri Dino Pati Djalal, merujuk kepada hubungan khas kedua negara termasuk 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara. Titik berat kerja sama antara kedua negara yang akan disampaikan dalam pidato presiden setidaknya ada lima hal, yaitu kerja sama dalam melakukan reformasi ekonomi global, kerja sama mendorong adanya kondisi harmoni sebagai upaya menjadikan abad ke-21 sebagai abad soft power dan kerja sama mempromosikan demokrasi tanpa memaksakan bentuk demokrasi. Kerja sama lainnya adalah di bidang penyelesaian konflik, mendukung pembicaraan damai serta mendorong proses penbentukan negara Palestina yang merdeka serta Israel menghakhiri blokade di Gaza dan Indonesia terus membantu 1.000 warga Palestina hingga 2013. Dan kerja sama yang terakhir adalah dalam penanganan dan menghadapi isu-isu global mengingat masing-masing negara memegang kunci dalam kedudukannya masing-masing di lembaga atau institusi internasional, termasuk Turki yang menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB dan kedua negara yang menjadi anggota OKI dan G-20.
Langkah Ekonomi Indonesia Tepat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan sejauh ini langkah ekonomi yang diambil oleh Indonesia untuk mengatasi krisis keuangan global 2008 dan mencegah krisis lainnya sudah tepat. Hal tersebut disampaikan oleh Presiden dalam keterangan pers kepada wartawan di Ankara, Turki, Senin (29/6) malam pukul 21.00 waktu setempat atau pukul 01.00 WIB Selasa (29/6). Indonesia meski selama 2009-2010 memberi stimulus fiskal tetap dilakukan secara hati-hati. Akibat paduan itu maka keadaan ekonomi baik, tidak terjadi ledakan pengangguran, inflasi terjaga dan demikian indkator ekonomi lainnya, kata Presiden. Penjelasan Presiden tersebut terkait dengan hasil KTT G-20 di Toronto, Kanada yang menyatakan bahwa setiap negara G-20 berkomitmen untuk mencegah dan mengatasi krisis ekonomi melalui berbagai cara yang diserahkan kepada masing-masing negara karena kondisi setiap negara berbeda. Nampak dalam pembahasan para pemimpin dunia bahwa semangat yang ada adalah benar-benar menuntaskan proses pemulihan ekonomi pasca krisis. Karena itu yang seolah-olah akan terjadi dua kubu seperti yang diberitakan, tidak terjadi, kata Presiden. Sebagian besar informasi ini datang langsung dari kata kunci%% pro. Hati-hati membaca sampai akhir benar-benar menjamin bahwa Anda akan tahu apa yang mereka ketahui.
Dua kubu yang dimaksud Presiden adalah adanya kemungkinan negara-negara yang mengatasi krisis dengan melakukan pemotongan anggaran untuk mencegah defisit anggaran yang tajam seperti yang dilakukan Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya. Sementara kubu yang lain adalah negara-negara yang tetap memberikan stimulus ekonomi melalui anggarannya meski berisiko anggarannya mencapai defisit yang cukup tinggi atau diatas 2,5 persen dari total anggaran. Tidak adanya kubu itu karena kita sepakat agar pemulihan ekonomi tuntas dan sukses maka bagi negara masih melakukan stimulus fiskal dengan tujuan agar lapangan pekerjaan tercipta kemudian demand(permintaan, red) terjaga bisa dibenarkan, katanya. Ia menambahkan,Demikian pula negara yang melakukan defisit cut tidak disalahkan karena bila belanjut sangat tidak sehat (bila terus defisit-red). Presiden mengatakan para pemimpin di G-20 sepakat ada tujuan kembar pemulihan ekonomi sehingga semua sepakat bahwa keadaan masing-masing negara berbeda sehingga untuk mencapai tujuan kembar itu bisa dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kondisi masing-masing negara. Tujuan pertama pemulihan ekonomi dan satunya adalah upaya mencegah krisis baru, tutur Presiden. Menurut Kepala Negara, forum G-20 juga menyatakan bagi negara maju yang mengalami suprlus ekonomi diminta untuk berkontribusi terhadap upaya global dalam pemulihan dan pencegahan krisis. Kesimpulan saya, apa yang kita terapkan saat ini sudah tepat, kata Presiden. Kepala Negara mengatakan dalam G-20 di Toronto juga disepakati peran dan fungsi masing-masing negara termasuk tenggat waktu kapan harus dipenuhi. Semua pemimpin sepakat agar segera menuntaskan perundingan putaran Doha dan juga sepakat agar semua kesepakatan dan konsensus yang telah disepakati pada pertemuan-pertemuan sebelumnya dapat dijalankan, kata Presiden.
Turki Sahabat Dan Partner Penting Pemerintah dan masyarakat Indonesia menganggap Turki adalah sahabat dan partner yang penting sehingga perlu meningkatkan kerja sama guna memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan hal tersebut dalam keterangan pers kepada wartawan di Ankara, Turki, Senin malam waktu setempat atau Selasa dini hari waktu Jakarta, terkait kunjungan kerja selama tiga hari di negara tersebut. Indonesia menganggap Turki sebagai sahabat dan partner yang penting. Kita sungguh sangat ingin meningkatkan kerja sama bilateral di berbagai bidang, kata Presiden. Selain kerja sama di bidang ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan, serta sektor lainnya, Kepala Negara mengharapkan kerja sama antara kedua negara juga menyangkut peran bersama dalam memecahkan masalah terkait dengan isu-isu global. Misalkan masalah Palestina dan perdamaian di Timur Tengah. Demikian juga masalah di Afghanistan dan Irak, kata Presiden. Presiden mengatakan saat ini baik Indonesia dan Turki sebetulnya telah memiliki kesamaan langkah untuk sejumlah isu, termasuk Palestina dan juga mempromosikan harmonisasi antarperadaban melalui dialog antarumat beragama. Kita ingin meningkatkan kerja sama dalam isu global lainnya, seperti perubahan iklim dan pemulihan ekonomi dunia. Saat ini kedua negara merupakan anggota OKI dan juga aktif di G-20, ini adalah modal yang baik untuk berkolaborasi dalam memainkan peran-pean lainnya bersama, kata Kepala Negara. Presiden mengatakan lawatannya ke Turki selain mempererat kerja sama kedua negara juga bermaksud untuk menggali pengetahuan sedalam-dalamnya tentang budaya dan juga hal lain yang terkait dengan Turki untuk kemajuan kedua negara. Dapatkan pengetahuan dan timbalah pengalaman dari bangsa ini, silakan contoh yang baik dapat dibawa, kata Presiden menegaskan. Presiden Yudhoyono selama di Turki akan bertemu dengan Presiden Turki Abdullah Gul, PM Turki Recep Tayyip Erdogan, dan juga menyampaikan pidato di hadapan parlemen Turki. Sementara di Istambul, Presiden akan menghadiri pertemuan dengan kalangan usahawan Turki.
Berkunjung Ke Anitkabir Mousoleum Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono berkunjung ke Anitkabir Mousoleum, Turki, yang dibangun sekitar tahun 1953. Kepala Negara dan rombongan tiba di Anitkabir Mousoleum, kompleks makam Kemal Attaturk, Senin sekitar pukul 09.55 waktu setempat. Setelah meletakkan karangan bunga, Kepala Negara kemudian menuju Istana Presiden Turki sekitar pukul 10.15 waktu setempat. Presiden Yudhoyono melakukan kunjungan kerja ke Turki selama tiga hari, 28-30 Juni. Kunjungan tersebut merupakan lawatan pertama presiden Indonesia ke Turki dalam 25 tahun terakhir. Kepala Negara akan berada di Ankara untuk pertemuan bilateral dengan Presiden Turki Abdullah Gul dan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan serta Ketua Parlemen Mehmet Ali Sahin. Di Turki, Presiden Yudhoyono juga diagendakan berpidato di depan Parlemen Turki dan setelah itu menuju kota Istanbul guna menghadiri forum bisnis Indonesia-Turki yang akan dihadiri sekitar 800 pengusaha Turki. Kunjungan kerja Presiden ke Turki merupakan bagian dari lawatan 11 harinya ke tiga negara, Kanada, Turki, dan Arab Saudi Sebelumnya di Toronto Presiden menghadiri KTT G20 yang membahas beberapa agenda, di antaranya perkembangan pemulihan ekonomi global, evaluasi inisiatif kerangka kerja G20, upaya pembangunan ekonomi global yang seimbang dan berkelanjutan, serta reformasi lembaga keuangan internasional dan regulasi sektor keuangan. Pada 1 Juli, Presiden sudah berada di Arab Saudi untuk beribadah umroh tanpa ada jadwal kunjungan kenegaraan kepada otoritas setempat. Di Madinah, Presiden akan menyempatkan diri untuk menggelar konferensi jarak jauh dengan PP Muhammadyah berkaitan dengan Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta. ( ant )
Filed under· Tagged with