Thursday, June 10, 2010

Indonesia Miliki Dua Opsi Kelanjutan Inalum

Yang terbaik untuk mengambil tindakan kadang-kadang tidak jelas sampai Anda telah terdaftar dan dianggap sebagai alternatif Anda. Paragraf berikut akan membantu Anda dalam petunjuk untuk apa yang menurut para pakar signifikan.
Jakarta ( Berita ) :  Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan, pemerintah sampai saat ini masih memiliki dua opsi terkait dengan kelanjutan pengelolaan Proyek Inalum di Asahan Sumatera Utara.

œOpsi pertama yakni seluruh pengelolaan dikelola oleh Indonesia melalui BUMN. Artinya kontrak kerja sama dengan Jepang tidak lagi diperpanjang, kata Hatta usai rapat koordinasi terbatas membahas Inalum, di Jakarta, Kamis [10/06].

Kedua, pemerintah dengan Jepang tetap melakukan kerja sama. Hanya saja dengan opsi-opsi yang jauh lebih menguntungkan Indonesia.  Misalkan soal share majority di Indonesia, kemudian peningkataan kapasitas produksi dan penambahan pembangkit, kata Hatta.

Hingga saat ini Jepang dengan 12 perusahaan swasta di dalamnya memiliki mayoritas saham, yakni sekitar 59 persen, sementara Indonesia hanya sekitar 41 persen.  œTentu kalau kita ambil opsi kerja sama share kita harus lebih besar, ucapnya.

Menurut Hatta, kedua pihak baik Indonesia atau Jepang kini sudah harus mengajukan proposal ke Otorita Asahan. Proposal itu disiapkan melalui tim teknis masing-masing. Dari pemerintah sendiri usulan kajian teknis itu akan terus dipertajam dengan pembentukan tim independen untuk menilai keseluruhan aset.

Pada 2013, sejumlah aset seperti powerplan 604 megawatt akan otomatis menjadi milik Indonesia. œDan kita mau membayar kompensasi sesuai dengan nilai buku pada 2013 tersebut. Nilai bukunya ini yang harus dicermati berapa, jangan sampai terlalu tinggi harus wajar betul dan ini harus betul penilaian yang independen, di samping kita sendiri, katanya.

Menurut Hatta, pemerintah juga berkeinginan agar ke depan kawasan Asahan menjadi kawasan ekonomi khusus sehingga perlu penambahan kapasitas produksi, penambahan pembangkit listrik dan lainnya.

œPerlu peningkatan kapasitas produksi,penambahan pembangkit listrik, dan adanya investasi baru, karena ada keinginan menjadikan kawasan tersebut menjadi kawasan ekonomi, katanya.

Setelah Anda mulai bergerak di luar dasar informasi latar belakang, Anda mulai menyadari bahwa ada lebih ke berita daripada yang mungkin Anda pikiran pertama.

Indonesia Sanggup Ambil Alih Inalum

Menteri BUMN Mustafa Abubakar menegaskan, Indonesia sanggup mengambil alih proyek Inalum yang saat ini merupakan proyek patungan antara Indonesia dengan Jepang.

œBerapapun dana yang dibutuhkan untuk mengambil alih, kita sanggup, kita sudah hitung-hitung, kata Mustafa usai mengikuti rapat koordinasi terbatas membahas Inalum di Kantor Menko Perekonomian Jakarta, Kamis.

Namun Mustafa belum bisa memastikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mana yang akan ditugaskan untuk mengambil alih pengelolaan proyek tersebut. Selama ini yang aktif dalam diskusi teknis PT Antam, namun tidak tertutup kemungkinan BUMN pertambangan lain untuk mengajukan diri.

Mustafa menyebutkan, saat ini pihaknya ditugasi untuk membuat proposal pengambilalihan proyek tersebut. Namun, proposal tersebut belum mengarah kepada BUMN mana yang akan ditunjuk untuk mengelola Inalum.

œIntinya, proposal itu akan berisi posisi Inalum untuk kepentingan nasional, itu yang akan kita perjuangkan dulu, kata Mustafa.

Mustafa tidak menegaskan kapan proposal itu akan selesai. Namun, dia mengisyaratkan, penyelesaian proposal tersebut tidak boleh lewat dari 31 Oktober 2010.

œYa, kita tidak akan selama itu, kata Mustafa. Menurut dia,, setelah Inalum sukses diambil alih, maka produksinya akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan domestik. œSisanya  akan kita ekspor, tapi belum tahu berapa pembagian porsinya, kata Mustafa. 9ant (ant )

Tentu saja, tidak mungkin untuk meletakkan segala sesuatu tentang berita menjadi hanya satu artikel. Tetapi Anda tidak dapat menyangkal bahwa Anda baru saja menambahkan pemahaman Anda tentang berita, dan itu menghabiskan waktu dengan baik.

No comments:

Post a Comment