VIVAnews - Perdana Menteri Australia Kevin Rudd memperingatkan pembicaraan mengenai perubahan iklim global berpotensi mengalami kegagalan. Dia mengusulkan para pemimpin dunia agar melakukan pendekatan yang lebih fleksibel dalam konferensi tingkat tinggi mengenai iklim di Kopenhagen. Rudd yang dijadwalkan akan datang ke Kopenhagen Rabu mendatang mengatakan, negara penghasil polutan terbesar seperti India dan China telah memberi sinyal positif. Namun dalam pembicaraan KTT yang memasuki minggu kedua, konsensus kelihatannya sulit tercapai. "Ada risiko yang sangat besar yang dapat menimbulkan konflik antara negara maju dan berkembang. Potensi kegagalan dalam pembicaraan selalu ada," kata Rudd seperti dimuat dalam stasiun televisi Channel News Asia. Lihat berapa banyak Anda dapat mempelajari tentang world ketika Anda mengambil sedikit waktu untuk membaca sebuah artikel diteliti baik? Jangan lewatkan pada seluruh informasi yang besar ini.
Rudd menyatakan, akan sulit mencapai sebuah kesepakatan yang dapat diterima kedua belah pihak. "Saya rasa kesepakatan di Kopenhagen harus lebih kompromistis, bagi negara maju maupun yang berkembang," kata Rudd. Target pengurangan emisi rumah kaca, dapat dilakukan melalui kesepakatan perdagangan dan penangkapan emisi sebesar 25 persen. Menurut dia, nilai ini berada di tengah-tengah antara kelompok yang menginginkan pemotongan emisi tinggi dan golongan konservatif dengan pengurangan emisi yang lebih rendah. "Tanggung jawab terbesar kita adalah bagaimana membuat sebuah skema kebijakan pengurangan emisi yang diterima seluruh dunia," ujarnya di Canberra. Dia menjelaskan, walaupun hasilnya tidak dapat dirasakan saat ini, pemerintahan dunia wajib memberikan solusi terbaik untuk generasi mendatang. ¢ VIVAnews
Rudd menyatakan, akan sulit mencapai sebuah kesepakatan yang dapat diterima kedua belah pihak. "Saya rasa kesepakatan di Kopenhagen harus lebih kompromistis, bagi negara maju maupun yang berkembang," kata Rudd. Target pengurangan emisi rumah kaca, dapat dilakukan melalui kesepakatan perdagangan dan penangkapan emisi sebesar 25 persen. Menurut dia, nilai ini berada di tengah-tengah antara kelompok yang menginginkan pemotongan emisi tinggi dan golongan konservatif dengan pengurangan emisi yang lebih rendah. "Tanggung jawab terbesar kita adalah bagaimana membuat sebuah skema kebijakan pengurangan emisi yang diterima seluruh dunia," ujarnya di Canberra. Dia menjelaskan, walaupun hasilnya tidak dapat dirasakan saat ini, pemerintahan dunia wajib memberikan solusi terbaik untuk generasi mendatang. ¢ VIVAnews
No comments:
Post a Comment