VIVAnews - Produsen telepon seluler terbesar di dunia, Nokia, akan menutup dua toko ritel mereka New York dan Chicago, Amerika Serikat. Selain dua ritel tersebut, perusahaan asal Finlandia itu juga akan menutup toko serupa di London, Inggris. œKonsumen di kawasan Amerika Utara sering melakukan pembelian lewat operator nirkabel, kata Laurie Armstrong, seperti VIVAnews kutip dari PCWorld, 10 Desember 2009. œUntuk itu Nokia akan fokus bekerjasama dengan operator tersebut dan retailer online seperti Amazon dan Best Buy, ucapnya. Nokia belum menjelaskan kapan dua toko mereka di AS akan resmi ditutup. Akan tetapi, toko di Regent Street, London, akan resmi berhenti beroperasi pada kuartal pertama tahun depan. Apakah semuanya masuk akal sejauh ini? Jika tidak, aku yakin bahwa hanya dengan sedikit lebih membaca, semua fakta akan jatuh ke tempatnya.
œNokia membuka toko-toko tersebut untuk menginspirasi dan mendidik pelanggan akan keuntungan mobilitas yang akan didapat, serta untuk memperluas daya tarik merek Nokia, kata Armstrong. œSejak toko-toko Nokia dibuka pada 2006, tambah Armstrong, kesadaran para konsumen di AS tumbuh secara substansial, ucapnya. Mungkin itu benar, tetapi kesadaran akan mobilitas tersebut tidak membuat penjualan produk Nokia meningkat di wilayah tersebut. Dilaporkan, Nokia memang menjual 25,3 juta ponsel di kawasan Amerika Utara sepanjang 2006, tetapi angka itu jatuh menjadi 15,7 juta pada 2008. Padahal, Nokia merupakan produsen handset nomor satu di dunia, dengan sekitar 38 persen pangsa pasar. Namun hanya 8 persen pangsa pasar Nokia di AS. Nokia membuka tokonya pertama kali di Moskow, Rusia, pada 2005, dan pernah berencana membuka 17 toko lainnya di berbagai negara. Sayangnya Armstrong tidak menjelaskan berapa toko akhirnya yang berhasil mereka buka atau apakah semua akan ditutup. Selain toko-toko besar, Nokia juga mengoperasikan sejumlah toko-toko ritel yang lebih kecil. ¢ VIVAnews
œNokia membuka toko-toko tersebut untuk menginspirasi dan mendidik pelanggan akan keuntungan mobilitas yang akan didapat, serta untuk memperluas daya tarik merek Nokia, kata Armstrong. œSejak toko-toko Nokia dibuka pada 2006, tambah Armstrong, kesadaran para konsumen di AS tumbuh secara substansial, ucapnya. Mungkin itu benar, tetapi kesadaran akan mobilitas tersebut tidak membuat penjualan produk Nokia meningkat di wilayah tersebut. Dilaporkan, Nokia memang menjual 25,3 juta ponsel di kawasan Amerika Utara sepanjang 2006, tetapi angka itu jatuh menjadi 15,7 juta pada 2008. Padahal, Nokia merupakan produsen handset nomor satu di dunia, dengan sekitar 38 persen pangsa pasar. Namun hanya 8 persen pangsa pasar Nokia di AS. Nokia membuka tokonya pertama kali di Moskow, Rusia, pada 2005, dan pernah berencana membuka 17 toko lainnya di berbagai negara. Sayangnya Armstrong tidak menjelaskan berapa toko akhirnya yang berhasil mereka buka atau apakah semua akan ditutup. Selain toko-toko besar, Nokia juga mengoperasikan sejumlah toko-toko ritel yang lebih kecil. ¢ VIVAnews
No comments:
Post a Comment