VIVAnews - Organisasi Uni Eropa masih kurang populer di kalangan masyarakat Asia. Sebagian besar negara-negara di Asia menganggap Uni Eropa (UE) sebagai pihak ketiga. Demikian dikatakan Direktur National Centre for Research on Europe, Prof Martin Holland, berdasarkan survei untuk mengetahui persepsi masyarakat Asia mengenai Uni Eropa yang dituangkan dalam buku "The EU Through the Eyes of Asia" edisi kedua. "Di sebagian besar negara Asia, UE masih dianggap sebagai pemain dalam konteks sebagai pihak ketiga. Somewhere out there in the world," kata Holland dalam peluncuran buku "The EU Through the Eyes of Asia" dan kuliah umum "How the EU is perceived in Asia" di Hotel Le Meridien Hotel, Jakarta, Jumat 4 Desember 2009. Penelitian Holland dan tim yang melibatkan sejumlah universitas di berbagai negara Asia melibatkan tiga elemen responden, yakni media, masyarakat umum, dan kalangan elit. Pengetahuan dapat memberikan keuntungan yang nyata. Untuk memastikan bahwa Anda sepenuhnya informasi tentang world, terus membaca.
Menurut survei tersebut, visibilitas keseluruhan tentang UE di media-media Asia sangat rendah. "Rata-rata, hanya satu berita tentang UE yang dimuat oleh media dalam satu hari," kata Holland. Tidak semua media menjadi sasaran survei, tetapi hanya satu media cetak berbahasa setempat, satu media lokal berbahasa Inggris, dan satu media elektronik. Sedangkan Ketua Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Julian Wilson, mengatakan berdasarkan penelitian Holland, ada perbedaan mencolok mengenai UE dipandang oleh kalangan elit dan masyarakat umum di Indonesia. Sebanyak 43 persen kalangan elit yang disodori pertanyaan mengenai UE, mengidentifikasi UE sebagai mitra penting bagi Indonesia. Sedangkan hanya sembilan persen kalangan umum yang menganggap hal serupa. "Ini menunjukkan kalau UE perlu berbuat lebih banyak untuk menjelaskan peran dan nilai UE kepada lebih banyak orang," kata Wilson dalam pidatonya. arinto.wibowo@vivanews.com ¢ VIVAnews
Menurut survei tersebut, visibilitas keseluruhan tentang UE di media-media Asia sangat rendah. "Rata-rata, hanya satu berita tentang UE yang dimuat oleh media dalam satu hari," kata Holland. Tidak semua media menjadi sasaran survei, tetapi hanya satu media cetak berbahasa setempat, satu media lokal berbahasa Inggris, dan satu media elektronik. Sedangkan Ketua Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Julian Wilson, mengatakan berdasarkan penelitian Holland, ada perbedaan mencolok mengenai UE dipandang oleh kalangan elit dan masyarakat umum di Indonesia. Sebanyak 43 persen kalangan elit yang disodori pertanyaan mengenai UE, mengidentifikasi UE sebagai mitra penting bagi Indonesia. Sedangkan hanya sembilan persen kalangan umum yang menganggap hal serupa. "Ini menunjukkan kalau UE perlu berbuat lebih banyak untuk menjelaskan peran dan nilai UE kepada lebih banyak orang," kata Wilson dalam pidatonya. arinto.wibowo@vivanews.com ¢ VIVAnews
No comments:
Post a Comment