MEDAN (Berita): Prevalensi HIV (Human Immuno " deficiency Virus) pada kelompok populasi umum di Indonesia pada umumnya lebih kecil 1 persen kecuali Papua dan Papua Barat 2,4 persen di tahun 2006. Namun umumnya beberapa kelompok populasi berisiko tinggi telah menunjukkan peningkatan yang signifikan sejak tahun 1990 an, terbesar pada kelompok Pengguna Napza Suntik (Penasun), WPS dan Waria. Adanya interaksi ganda antara infeksi HIV di kelompok Penasun dan kelompok populasi kunci lainnya banyak memberikan kontribusi terjadinya peningkatan epidemi di Indonesia pada most-at-risk-groups (MARG), khususnya antara Penasun dan Industri Seks Komersial, kata Dr Iwan M Muljono MPH Direktur P2ML Ditjen PP&PL diwakili Kasi Standarisasi Sub Dit AIDS dan Penyakit Seksual Depkes RI,Dr Jeanne Uktolseja MKes, Selasa [01/12] pagi, di Aula Hotel Darma Deli pada Pertemuan Sosialisasi Pedoman Intervensi Perubahan Perilaku (IPP). Dijelaskannya, hingga saat ini ada dua tipe intervensi dalam program penanggulangan IMS, HIV dan AIDS, yakni IPP dan Intervensi Biomedis. Meski keduanya dianggap sebagai komponen yang sama penting, intervensi biomedis lebih luas dikenal, menjanjikan penyelesaian klinis dan medis yang lebih pasti, serta memiliki konsep dan instrumen yang jelas dan mudah untuk diobservasi.
Menurut Jeainne, keberhasilan upaya pencegahan HIV bergantung pada perubahan perilaku berisiko, dari risiko ke risiko yang lebih rendah. Perubahan ini mencakup peningkatan kondom dan pengurangan jumlah pasangan seksual diantara mereka yang aktif secara seksual, penurunan pemakaian bersama/bergantian alat/jarum suntik pada kelompok pemakai narkoba psikotropika dan zat adiktif lainnya, serta penundaan hubungan seksual pertama kali pada kalangan remaja. Dengan semakin meluasnya penyebaran HIV di banyak negara, termasuk Indonesia. Dalam hal ini upaya pencegahan semakin mengarah pada upaya perubahan perilaku, ungkapnya. Di tempat bersamaan, dr Chandra Syafei SpOG Kadis Kesehatan Sumut melalui Proyek Manejer Global Andi Lubis SKM MKM mengatakan, Rekapitulasi Perawatan HUV dan ART sampai Oktober 2009 Jumlah HIV yang dirawat untuk Laki-laki 1952, Perempuan 521 dan Anak usia dibawah 14 tahun 43 orang, dengan total 2.516 orang. Jumlah orang yang pernah memulai ART, yakni Laki-laki 768, Perempuan 189, dan anak dibawah usia 14 tahun 14. Sementara yang dilaporkan meninggal anatara lain bekisar 326 orang, yang menghentikan ART 15 orang, yang tidak hadir dan los follow up diatas 3 bulan 133 orang, yang dirujuk keluar dengan ART 53 orang, yang mengkonsumsi ART 444 orang, serta jumlah orang dengan koinfeksi TB " HIV 506 orang, tukas Andi kepada wartawan. Acara tersebut di hadiri MPH Direktur P2ML Ditjen PP&PL diwakili Kasi Standarisasi Sub Dit AIDS dan Penyakit Seksual Depkes RI,Dr Jeanne Uktolseja MKes, Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Sumut, dr Chandra Syafei SpOG, serta diikuti diantaranya dari Dinkes Kota/Provinsi Sumut, LSM, KPA, PKBI, dan instansi lainnya. (pan)
Menurut Jeainne, keberhasilan upaya pencegahan HIV bergantung pada perubahan perilaku berisiko, dari risiko ke risiko yang lebih rendah. Perubahan ini mencakup peningkatan kondom dan pengurangan jumlah pasangan seksual diantara mereka yang aktif secara seksual, penurunan pemakaian bersama/bergantian alat/jarum suntik pada kelompok pemakai narkoba psikotropika dan zat adiktif lainnya, serta penundaan hubungan seksual pertama kali pada kalangan remaja. Dengan semakin meluasnya penyebaran HIV di banyak negara, termasuk Indonesia. Dalam hal ini upaya pencegahan semakin mengarah pada upaya perubahan perilaku, ungkapnya. Di tempat bersamaan, dr Chandra Syafei SpOG Kadis Kesehatan Sumut melalui Proyek Manejer Global Andi Lubis SKM MKM mengatakan, Rekapitulasi Perawatan HUV dan ART sampai Oktober 2009 Jumlah HIV yang dirawat untuk Laki-laki 1952, Perempuan 521 dan Anak usia dibawah 14 tahun 43 orang, dengan total 2.516 orang. Jumlah orang yang pernah memulai ART, yakni Laki-laki 768, Perempuan 189, dan anak dibawah usia 14 tahun 14. Sementara yang dilaporkan meninggal anatara lain bekisar 326 orang, yang menghentikan ART 15 orang, yang tidak hadir dan los follow up diatas 3 bulan 133 orang, yang dirujuk keluar dengan ART 53 orang, yang mengkonsumsi ART 444 orang, serta jumlah orang dengan koinfeksi TB " HIV 506 orang, tukas Andi kepada wartawan. Acara tersebut di hadiri MPH Direktur P2ML Ditjen PP&PL diwakili Kasi Standarisasi Sub Dit AIDS dan Penyakit Seksual Depkes RI,Dr Jeanne Uktolseja MKes, Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Sumut, dr Chandra Syafei SpOG, serta diikuti diantaranya dari Dinkes Kota/Provinsi Sumut, LSM, KPA, PKBI, dan instansi lainnya. (pan)
No comments:
Post a Comment